Untukmu, Amora
Cuek Tapi Rindu
“Rindu itu mengalir dan tak pernah bisa dibatasi. Ia
menembus ruang dan waktu. Ada yang jauh, tetapi dekat, asing tapi akrab dan
mesra. Rindu selalu memanggil pulang yang dahulu dan selalu ingin
mempertemukan. Kita berjauhan, tetapi rasanya selalu berdampingan, kita tak
tahu kapan bertemu, tapi selalu inginkan pertemuan. Kadang kita berdua
cuek-cuek saja, tetapi sebenarnya kita sungguh saling merindukan.”
(Edy Soge Ef Er)
Manumean suatu hari dahulu saya jumpa kamu, duduk di samping
kirimu, bertanya dan mencari tahu apa benar saya bisa ada di sisimu suatu hari
nanti. Malam itu ketika dingin datang terlalu dini, engkau memberi saya jawaban
yang menghangatkan hatiku sampai detik ini. Dari Manumean sampai malam itu
rindu menciptakan muaranya sendiri – mengalir di setiap kesepian yang panjang,
terus mengalir. Entah sampai kapan. Saya tidak tahu. Sampai ketika saya menulis
surat ini rindu itu seperti menghanyutkan dan biarlah saya dibawanya sampai ke
pelabuhan hatimu. Saya ingin karam di sana, di kota dingin tempat engkau
menenun hari depan. Saya ingin tetap di hatimu.
Mora, jujur saya rindu kamu sekali. Saya ingin selalu
melihat wajah manismu. Ekpresimu yang lugu, tapi serius serta tawamu
menggetarkan hatiku. Aku bayangkan betapa mesra ada dekat kamu, mengusap
wajahmu, membelai rambutmu dan memelukmu erat. Engkau anggun dan itu memikat
mataku untuk tetap memandangmu. Kulitmu yang putih dan mulus adalah warna senja
yang menghiasi langit imajinasiku. Aku bayangkan betapa menggetarkan menyentuh
tubuhmu.
Saya sadar bahwa kadang kita saling cuek. Kita sibuk
dengan rutinitas masing-masing. Aku rasakan dekat sekali protesmu. Kamu pasti
marah saya ya… Saya juga sangat jengkel kalau kamu cuek. Kadang saya berpikir,
apa benar dia cinta saya? Apa dia jujur dengan saya? Kenapa saya begitu rindu
dia tapi dia cuek? Betapa rindu itu terus menderu bahkan kadang kuat menerpa
sampai saya tak tahu bagaiamana harus tidur dengan tenang.
Saya merindukanmu karena engkau sudah menjadi bagian
dari pikiranku. Setiap kali saya berpikir, setiap kali itu juga saya
memikirkanmu. Terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku. Maafkan saya
sebab saya kadang tak pandai merawat rindu.
Saya bayangkan kesendirianmu di kota dingin Ruteng.
Hidup dalam sunyi dan doa. Kadang merasa sepi dan dibakar gelora asmara. Rindu
ditemani, dipeluk dan dibelai mesra. Perempuan pastinya butuh lelaki. Perempuan
diciptakan dari rusuk laki-laki. Demikian Kitab Kejadian menyebutnya. Namun
jarak membentang cukup jauh. Tangan mengapai tapi tak sampai. Melambai tapi tak
tersampaikan. Ini yang membuat krisis. Jiwa remaja dan darah muda mengalir
deras menguasai tubuh. Hormon bekerja dan syaraf-syaraf tubuh hidup lalu
bergetar segala ingin dan bergelora segala hasrat. Kadang kita sungguh sangat kesepian.
Mora, suatu hari saya bertemu kamu. Saya yakin sekali.
Manumean dan malam itu buknalah sesuatu yang direncanakan. Ia datang tiba-tiba.
Kita tidak tahu kapan kita jatuh cinta. Cinta datang seperti kilat. Sepintas lalu,
tetapi membekasi cakrawala. Suatu hari yang tak terduga juga tak direncanakan.
Saya datang bertemu kamu di suatu kesepian yang tepat. Saya genggam jemarimu,
menarik tubuhmu, memelukmu. Saat mendekapmu saya berbisik: engkaulah harta karun terindah
yang selalu saya jaga dalam doa-doaku dan kini saya mendapatnya. Saya tak ingin
kamu hilang. Saya ingin bersamamu sampai habis waktu.
Tuhan itu baik. Kekal abadi kasih setia-Nya. Berdoalah
sepanjang waktu.
Sesekali kita perlu cuek untuk rasakan bagaimana
menggetarkan rindu itu. Kita sebetulnya cuek, tapi rindu. Mesra bukan?
Suatu
Hari, di tahun yang tak diingat lagi
Edy Soge Ef Er
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih banyak.