Rindu
Sajak ini kutulis di
kala senja dihembusi angin timur dan rinduku seperti dedaunan meranggas di musim
panas.
Barangkali, rindu
adalah luka tersadis yang disayat jarak, atau sajak termanis yang dihidang
waktu. Ah. Entahlah.
Anganku,
Di senja yang teramat manja,
ingin kujumpa dirimu, menatap bening di matamu dan sejenak tenggelam di
dalamnya.
“Jika kujumpa dirimu,
izinkan aku menaruh bibirku tepat di ujung rasamu, dan biarkan kita mengeja
cinta dengan mesra”,
Lomblen,
Tempat Segala Rindu Beradu, 2019
Gerimis
Pemagut
Riuh kembali lenyap
Kala hawa bertengger
lelap
Jendela berbingkai
senja
Mengintip cela dengan
manja
Lalu berpaling pada
tiada.
Di
luar,
gerimis menikam tanah
Beradu batu membisu
Mengubah lentus pada
humus
Lalu lesap terhisap.
Di
kamar, segelas bening berdinding kaca
Terseruput setengah
menganga pada meja
Tak tersentuh jemari
lusuh
Sejuta angan tertiup angin
melayang ,terbang
Jatuh tertindih pilu,
luluh.
Ah, pergilah,,,
Biarlah dirajam oleh
gerimis pemagut balada
Lalu kembali ke peraduan
cinta tiada lara
Berjumpa Sang Ada di
lorong-lorong doa.
Arnoldus,
Nice Place, Rumah Segala Rindu Berlabuh, 2019
Lara
Purnama
Lara duduk manja di ujung rasa
Di pengujung hawa berbingkai purnama
Menelan senja berujung luka
Lesap pergi, merana.
Purnama,
Kau datang pada hampa berselimut duka
Membawa sisa bara pada ujung kayu patah
Terpampang pada palang pintu kapela
Barangkali akan dibawa dalam sajak-sajak doa.
Purnama,
Dapatkah kau cinta
Kuat laksana baja
Takkan patah diterpa petaka?
Arnoldus,
Nice Place, Rumah Segala Rindu Berlabuh, 2019
***Puisi
ini pernah dimuat di media online Nalar Politik. Penulis sengaja memasukan
puisi ini sebagai bagian dari “koleksi pribadi” pun bagian dari “memungut
remah-remah perjalanan yang pernah tertinggal”.
Mantap2 ๐๐ป.. semoga lebi banyak lagi
BalasHapusMantap fr tingkatkan lagi
BalasHapusSangat Bagus kka
BalasHapusDobel like ku
BalasHapusBagus sekali Ama. Gas terus๐ฅ๐ฅ
BalasHapus